Rabu, 03 Juni 2009

Ketidakadilan informasi

Tanpa disadari banyak orang (mungkin juga banyak yang sadar tapi tidak peduli), informasi yang disebar para jurnalis atau bahkan blogger sebenarnya cenderung tidak adil. Mereka lebih menyoroti kasus-kasus yang menimpa orang-orang terkenal/selebriti/pejabat/blogger dsb. Misalnya, kalau ada kasus pelanggaran HAM yang korbannya atau pelakunya orang-orang terkenal/selebriti/pejabat/blogger dsb maka dengan tanpa komando mereka kompak menyuarakannya dan menyebarkan informasinya dengan seluas-luasnya + berulang-ulang + kadang-kadang ditambah-tambahi juga, dengan memanfaatkan semua jaringan media informasi sehingga publik akan tahu dan memperhatikannya dan bahkan hingga publik sampai ikut menyoroti dan mengomentari.

Contoh : kasus Manok hara, kasus Antasari/Rani Juliani, kasus Priti Mulyasari, dlsb...

Tapi bisa kita lihat bagaimana jika ada permasalahan yang menyangkut kaum-kaum yang terpinggirkan alias marginal, jarang sekali dinformasikan secara gencar oleh jurnalis/media/blogger, paling-paling sekali dua kali aja disoroti, setelah itu ya sudah hilang ditelan waktu...nggak tahu kasusnya diselesaikan atau sudah ada solusi apa belum.

Contoh : kasus buruh-buruh pabrik dan PHK massal, kasus penambang liar yang dihentikan operasionalnya oleh pemerintah, kasus PSK jalanan, dlsb.

Apa akibat dari ketidak adilan informasi itu ? Ya jelas, masalah yang semakin sering diungkap/disoroti pasti lebih cepat terselesaikan dan ada solusinya, sedangkan masalah yang sekali/dua kali diungkap tentu kecil kemungkinannya terselesaikan.

Oleh sebab itu menurut saya, kiranya perlu ada kepedulian dari para jurnalis atau blogger untuk coba merintis dengan lebih serius mengawal penyelesaian suatu kasus yang menimpa kaum-kaum marginal, walaupun mungkin tidak menguntungkan secara finansial.

Tidak ada komentar: